Jauhi angan-angan panjang | Konsultasi agama dan tanya jawab tentang pendidikan Islam

[ad_1]

Di antara akhlak tercela adalah panjangnya keinginan saleh. Durasi angan-angan juga disebut sedekah thulul Di mana thulul amaditu terlalu banyak memikirkan hal-hal duniawi dan cinta dunia.

Definisi sedekah thulul ulama telah menjelaskan:

ال المناويّ: الأمل: ل الشّيء، ا ل ا له

Kata sandi

Al-Munawi berkata: al-amal berarti mengharapkan sesuatu terjadi. Tetapi istilah ini lebih sering digunakan untuk sesuatu yang kecil kemungkinannya untuk dicapai.

Adapun sedekah thulul Artinya: selalu ingin mencari dunia dan mengabdikan segalanya untuk dunia, dan sebaliknya banyak yang berpaling dari urusan akhirat” (Nudratun Na’im fi Makarimil Akhlaq10/4857).

Al Amal (bermimpi) berbeda dari ath-tham’u (serakah) dan ar-raja’ (ambisi). Al Amal adalah hal-hal yang tidak mungkin tercapai, sedangkan keserakahan secara berlebihan menginginkan hal-hal yang mudah dicapai, sedangkan cita-cita mengharapkan sesuatu yang mungkin dicapai. Hal ini dijelaskan oleh al-Munawi:

لى لى bidang

“Seseorang yang ingin melakukan perjalanan ke tempat yang sangat jauh akan berkata: aamaltul wusul Tidak thama’tul wusul. Karena keserakahan hanya datang kepada mereka yang dekat. Sedangkan al-amal hanya untuk mereka yang jauh. Adapun ar-raja’, antara keduanya. Karena orang-orang yang Raja’ (calon) dia takut apa yang dia impikan tidak akan menjadi kenyataan”(Nudratun Na’im fi Makarimil Akhlaq10/4857).

Sebuah celaan terhadap alam sedekah thulul

Allah dan Rasul-Nya mencela sifat panjang dari angan-angan. Dalam Al-Qur’an al-Karim, Allah ta’ala dikatakan:

لَا الَّذِينَ الْكِتَابَ لُ الَ لَيْهِمُ الْأَمَدُ لُوبُهُمْ اسقَ

“Jangan seperti orang-orang yang sebelumnya diberi kitab (Ahli Kitab), imajinasi mereka begitu lama patah hati. Dan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang fasik.” (Surat al-Hadid: 16).

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhubahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan:

لا الُ لْبُ الكَبِيرِ ابًّا اثْنَتَيْنِ : الدُّنْيا لِ الأمَلِ

“Hati orang tua akan selalu seperti anak kecil yang dihadapkan pada dua hal: cinta dunia dan mimpi panjang” (HR al-Bukhari no. 6420).

Manusia cenderung memiliki fantasi tentang dunia yang panjang, banyak, dan berlebihan. Hal ini dijelaskan dalam hadits berikut oleh Abdullah bin Mas’ud dan Anas bin Malik.

Oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhubahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan:

النبيُّ لَّى اللهُ ليه لَّمَ ل ا ا، ا الوَسَطِ ارِجًا ا ارًا لى ا الذي الوَسَطِ انِبِهِ الذي ال – ا – ا – ا – لُهُ، الخُطَطُ الصِّغَارُ الأعْرَاضُ، ا ا، ا ا

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membuat garis persegi panjang dan membuat garis lain di tengah yang keluar dari garis persegi panjang tadi. Dia juga membuat beberapa garis kecil tambahan dari tengah ke tepi garis tengah, lalu dia berkata: “Adalah manusia dan kematiannya yang menutupinya, atau sebenarnya telah menutupinya. Garis-garis yang keluar dari kotak ini adalah mimpinya, sedangkan garis-garis kecil ini adalah hambatannya. Jika dia lolos dari yang satu ini (malapetaka ini), dia akan dihantam oleh yang lain. Dan jika dia lolos dari yang ini, maka dia pasti akan terkena yang itu.” (HR Bukhari n° 6417).

Oleh Anas ben Malik radhiyallahu ‘anhubahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan:

ابنُ ا لُه ا ا ال: لُهُ لُهُ لُهُ

“Inilah keturunan Adam, itu adalah kematian di sekelilingnya, yang di tengah adalah manusia dan garis-garis ini adalah penghalangnya, jika dia bertahan yang ini dia digigit oleh yang ini. ci (yaitu kematian), sedangkan garis luarnya adalah angan-angan.” (HR. at-Tirmidzi no. 2334, disahkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi).

Salaf saleh juga mencela sifat panjang dari keinginan saleh. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan:

افُ ااعُ الْهَوَى، لُ الْأَمَلِ. اتِّبَاعُ الْهَوَى الْحَقِّ، ا لُ الْأَمَلِ الْآخِرَةَ

“Yang paling aku takuti adalah mengikuti hawa nafsu dan syahwatku. Adapun mengikuti syahwat, itu akan berpaling dari kebenaran. Adapun lamanya syahwat, itu akan membuatmu melupakan akhirat.” (HR.Abu Nu’aim in Hilyatul Auliya’1/76).

Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu juga mengatakan:

لا لنّ ليكم الأمد لا لهينّكم الأمل لّ ا لا البعيد ا ليس ا

“Janganlah memimpikan mimpi-mimpi yang panjang dan jangan terbuai dengan mimpi-mimpi yang panjang. Padahal, segala sesuatu yang terjadi sudah dekat. Dan sesuatu yang jauh adalah yang belum datang.” (HR. orang kikir‘, tetapi yang shahih adalah mauquf Ibnu Mas’ud. Ibn al-Qayyim disebutkan dalam al-Fawaid, Hal. 200).

Sikap yang benar terhadap dunia

Sikap yang benar, kurangi angan-angan dalam urusan dunia, perbanyak konsentrasi dan perhatian pada urusan akhirat.

Seperti orang yang berhenti untuk berhenti, dia tidak ada hubungannya dengan tempat dia tinggal. Dari Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhudia berkata:

لُ اللهِ لَّى اللهُ ليه لَّم ال: (الدنيا ابرُ لٍ). ان ابنُ لُ : ا لا الصباحَ، ا لا المساءَ، لمرضِك، اتِك لموتِك

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melingkarkan lengannya di bahuku dan berkata: ‘Apakah kamu di dunia ini seperti orang asing atau orang yang berhenti di jalannya? ‘Jangan tunggu pagi, jika pagi, maka jangan menunggu malam. Nikmati waktu sehatmu sebelum sakit, nikmati waktu hidupmu sebelum mati'” (HR al-Bukhari no. 6416).

Bahaya dari angan-angan yang panjang

  1. Orang yang bermimpi panjang akan melupakan akhirat dan melupakan nikmat yang telah Allah janjikan bagi orang yang mentaati-Nya. Dan lupakan beratnya azab Allah di akhirat bagi orang-orang yang mendurhakai-Nya.
  2. Orang yang sudah lama bermimpi akan kurang sabar menahan diri dari hawa nafsu dan sering lalai untuk taat.
  3. Mimpi yang panjang akan membuat seseorang mati-matian mencari kebahagiaan lahiriah di dunia, dan ia akan tenggelam dalam kenikmatan dunia fana.
  4. Seseorang dengan imajinasi yang panjang akan mengeraskan hatinya dan air matanya akan mengering, dan akan memiliki ambisi besar untuk dunia.
  5. Orang yang memiliki mimpi panjang mudah melakukan maksiat dan jauh dari ketaatan.
  6. Orang yang memiliki mimpi panjang akan cenderung mudah menindas orang lain dan melanggar hak orang lain.

(Nudratun Na’im fi Makarimil Akhlaq10/4867).

Demikian uraian singkat ini semoga bermanfaat. Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat angan-angan yang panjang dan menjadikan kita hamba yang ambisius di akhirat.

***

Oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

Anda dapat membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Unduh sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONOR.

BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
YAYASAN JARINGAN YUFID
Kode BSI: 451

Zakat Fitri, Tata Cara Sholat Menurut Rasulullah, Sholat Ibu Hamil Menurut Islam, Apa Itu Rabu Wekasan, Dzikir Mendapat Sahabat Yang Baik, Jam berapa sepertiga malam terakhir

Tinggalkan komentar