Bagaimana memilih guru atau ustadz?

[ad_1]

Bagaimana memilih guru atau ustadz?

Pertanyaan:

Saya sudah tahu bahwa belajar agama dari ulama salaf itu wajib. Tapi saya masih tidak tahu bagaimana cara mengetahui apakah seorang ustadz adalah seorang salaf dan layak untuk ilmunya? Terima kasih telah menjawab.

Menjawab:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala ashrafil anbiya’ wal mursalin, Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala experthi wa shahbihi ajma’in. Amma badu.

Cara memilih guru dalam studi agama atau memilih ustadz untuk mengambil ilmu adalah dengan memperhatikan tiga hal:

  1. Aqidah dan manhajnya benar, sesuai Al-Qur’an dan sunnah dengan pengertian salafus shalih.
  2. Pengetahuannya mendalam, relevan dan kompeten untuk mengajarkan sains. bukan orangnya kurang pengetahuan Di mana ruwaibidhah, yang berbicara tentang agama tanpa mengetahui.
  3. Moralnya bagus.

Ibrahim an-Nakha’i rahimahullah mengatakan:

انُوا ا الرَّجُلَ لِيَأْخُذُوا ا لَى لَى لاته, ا

“Dulu para salaf mendatangi seseorang untuk mengambil ilmu, pertama-tama mereka akan memperhatikan bagaimana aqidahnya, bagaimana akhlaknya, bagaimana shalatnya, baru kemudian mereka akan mengambil ilmu darinya” (HR. ad-Darimi dalam sunandia, n°434)

Imam Malik rahimahullah dikatakan:

Bidang

“Ilmu tidak boleh diambil dari empat orang: (1) Orang bodoh yang kegilaannya nyata, (2) shahibu hawa‘ (ahlul bid’ah) yang mengajak untuk mengikuti Laporan cuaca (bidat), (3) Seseorang yang diketahui berbohong dalam percakapannya dengan orang-orang, padahal dia tidak pernah berbohong tentang (nama) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam(4) Orang yang mulia dan shaleh yang tidak mengetahui hadits yang dia tularkan” (At-Tamhidoleh Ibn Abdil Barr, 1/66).

Jadi sebaiknya perhatikan 3 kriteria di atas dan waspadai 4 tipe orang yang disebutkan Imam Malik ini. Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah juga menjelaskan: “Saya menyarankan para santri untuk memilih guru yang memiliki keyakinan dalam ilmu, amal, agama, aqidah, manhaj. Jika diberi taufik untuk belajar dari guru yang lurus, maka dia juga akan lurus. Allah tidak memberikan taufik seperti itu, maka dia juga akan menyimpang seperti tuannya”(Majmu’ al-Fatawa Rasail Syekh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin War26/40).

Dan jangan terkecoh dengan kepiawaian seseorang dalam berbicara, walaupun tidak memenuhi 3 kriteria di atas. Orang yang pandai berbicara, bahasa yang fasih dan menawan, kata-kata yang indah, belum tentu orang yang pantas mendapatkan ilmu. Bahkan dalam hadits Umar bin al-Khattab radhiyallahu ‘anhuNabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dikatakan:

ا ا لى ل افق ليم اللسان

“Yang paling aku takuti dari umatku adalah orang munafik yang berbicara dengan baik” (HR. Ahmad [1/22]disahkan oleh al-Albani di Garis Abu-Shahihah #1013)

Oleh karena itu, kefasihan bukanlah ukuran. Syekh Salih al-Fauzan menjelaskan: “Wajib bagimu wahai kaum muslimin dan mahasiswa ilmu agama, bersungguh-sungguh dalam tatsabbut (check and recheck) dan jangan terburu-buru menjawab setiap kata yang Anda dengar (tentang agama). Dan harus tahu:

  • Siapa yang mengatakan itu?
  • Dari mana pikiran ini berasal?
  • Apakah ada dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah?
  • Orang yang mengatakan itu belajar di mana?
  • Dari siapa dia mengambil ilmu (siapa tuannya)?

Ini adalah hal-hal yang perlu diperiksa dan diperiksa ulang. Terutama saat ini.

Dengan demikian, tidak semua orang yang berbicara tentang masalah agama langsung diterima, meskipun bahasanya cair, sangat baik diucapkan dan sangat menggugah. Jangan tertipu olehnya sampai kamu mengetahui tingkat ilmu dan fiqih” (Ithaful Qari bit Ta’liqat ‘ala Syarhis Sunnahhal.85).

Kemudian guru atau ustadz yang menguasai salaf akan bertemu dan bertemu dengan ustadz lain yang menguasai salaf. Jadi ketika ingin belajar dari seorang ustadz, Anda juga harus melihat dengan siapa dia sering bersama dan berjamaah. Syekh Muhammad bin Ibrahim al-Mishri berkata: “Carilah seorang guru yang memiliki kedudukan yang mulia, yang memiliki ketakwaan, yang memiliki akhlak yang indah, yang memiliki pikiran yang jernih, yang telah mempelajari ilmu pengetahuan sejak lama dan yang selalu bersama d ulama lainnya. masyaikh siapa tsiqah (dapat diandalkan) pada waktunya dalam diskusi tentang pengetahuan dan dalam keramahan” (Mukhtashar al-Mu’lim72-73).

Ini adalah kriteria untuk memilih guru dalam studi agama. Jika seseorang bingung tentang seorang ustadz atau ustadz, apakah dia layak ilmunya atau tidak, maka dia harus bertanya kepada ulama atau ustadz yang ilmunya dapat dipercaya tentang orang tersebut. Tuhan Jalla wa ‘Ala dikatakan:

اسْأَلُوا لَ الذِّكْرِ لَا لَمُونَ

“Tanyakan kepada ketua ahludz dzikir (ahli ilmu) jika tidak tahu” (QS. Al-Anbiya: 7).

Wallahu a’lam. Semoga Allah ta’ala memberikan taufik.

***

Dijawab oleh Ustadz Yulian Purnama, S.Kom.

Anda dapat membaca artikel ini melalui aplikasi Tanya Ustadz untuk Android. Unduh sekarang !!

Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONOR.

BANK SYARIAH INDONESIA
7086882242
YAYASAN JARINGAN YUFID
Kode BSI: 451

Doa rumah baru, doa perlindungan dari dajjal, cara sholat hujan, tempat kitab suci untuk woudhu, manfaat dzikir dari sholat nabi, sholat sunnah berjamaah

Tinggalkan komentar